Hewan
adalah sumber informasi yang baik mengenai lingkungan masa lalu. Studi
pada anatomi mereka mengungkapkan apakah mereka pemakan rumput atau
buah. Informasi ini dapat membantu merekonstruksi lingkungan. Isotop karbon 13 dalam gigi hewan juga memberi petunjuk mengenai apa yang dimakan sang hewan.
Tanaman digolongkan pada dua tipe yang berbeda secara kimia
tipe C3 dan tipe C4. Tanaman tipe C3 termasuklah pohon, perdu dan
tanaman berkayu lainnya; tanaman C4 sebagian besar rerumputan. Karena
tanaman C3 mengandung lebih sedikit isotop karbon 13 daripada tanaman
C4, para peneliti dapat mengukur rasio karbon-12 terhadap karbon-13
dalam gigi hewan. Tingginya level karbon-13 menunjukkan kalau hewan ini
memakan rumput – atau memakan hewan lain yang memakan rumput.
Karena
tanaman lebih jarang menjadi fosil ketimbang hewan, kehidupan tanaman
prasejarah lebih sulit di rekonstruksi. Untungnya, hal yang sama tidak
berlaku pada serbuk sari tanaman, yang sering terjebak dalam tanah dan
terlestarikan selama berjuta tahun. Studi serbuk sari yang memfosil
disebut palinologi. Karena tiap tanaman memiliki serbuk
sari yang unik bentuknya, tanaman purba dapat ditentukan dari fosil
serbuk sarinya. Tanaman yang memang memfosil disebut fitolit; cetakan bentuk daun atau batang juga sering ditemukan.
Perubahan iklim purba dapat ditentukan dengan memeriksa isotop oksigen.
Oksigen 16 menguap dengan mudah dari samudera dan masuk ke dalam es
glasial; ketika es glasial meleleh, isotop ini kembali ke samudera.
Oksigen 18 lebih berat dan cenderung tetap berada di samudera. Foraminifera,
protozoa laut yang hidup di samudera, memakan oksigen apapun yang ada
di sekitarnya kedalam selnya. Pada saat dingin, cangkang foraminifera
mengandung lebih banyak oksigen 18; pada saat hangat, mereka mengandung
lebih banyak oksigen 16.
Bukti
geologi juga berperan penting dalam mempelajari lingkungan masa lalu.
Perekaman stratigrafi atau pelapisan, dari endapan danau dan sungai
membantu para peneliti melacak perubahan seiring waktu pada tanaman,
hewan dan sumber air setempat. Tampilan permukaan seperti bentuk daratan
dan pola erosi dapat mengungkapkan keberadaan air di masa lalu. Variasi
dalam bahan organis yang ada dalam tanah menyediakan informasi mengenai
iklim prasejarah. Dan akhirnya, peristiwa prasejarah besar seperti
aktivitas vulkanis merupakan indikator perubahan iklim besar-besaran,
baik lokal maupun global.
Artikel Terkait
Artikel ini ditulis oleh : Unknown ~ Blogger Pasuruan
Terimakasih sahabat telah membaca : Bagaimana Ilmuan Merekonstruksi Lingkungan Purba. Anda bisa menyebarluaskan artikel ini, Asalkan meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar