Latar Belakang
Asam humat adalah zat organik yang terdapat di dalam
tanah dan gambut. Asam humat merupakan bahan makromolekul polielektrolit yang memiliki gugus fungsional
seperti –COOH, –OH fenolat maupun –OH alkoholat, sehingga asam humat memiliki
peluang untuk berikatan dengan ion logam
karena gugus ini dapat mengalami deprotonasi pada pH yang relatif tinggi. logam dan asam humat mudah terdegradasi.
Zat-zat humat (asam humat) merupakan unsur organik utama yang banyak terdapat
di tanah dan gambut. Asam humat juga terdapat di dalam lingkungan perairan yang
merupakan hasil dekomposisi zat organik dan tumbuhan mati. Asam humat diketahui
berkemampuan untuk berinteraksi sangat kuat dengan berbagai logam membentuk
kompleks logam humat, dimana hal ini berpengaruh terhadap sifat
adsorpsi-desorpsi dari logam. Ikatannya dengan ion logam adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan yang paling penting. Asam humat
mempengaruhi kualitas air dengan jalan menukar spesies, berupa kation dari
bahan-bahan organik dengan air (Manahan, 1994).
Keberadaan senyawa humat tersebar luas di
lingkungan, yaitu pada : perairan, sedimen, tanah, dan batuan endapan seperti
batubara. Senyawa humat merupakan senyawa yang heterogen, terdiri dari banyak
gugus yang mengandung oksigen dan terdiri atas fraksi asam humat, asam fulvat,
dan humin. Berbagai macam gugus fugsional, seperti –COOH, -OH fenolik, -OH
enolik, quinon, hidroksiquinon, lakton, eter dan –OH alkoholik, telah diketahui
terdapat pada senyawa humat. Konsentrasi asam humat dalam tanah umumnya
signifikan lebih besar daripada konsentrasi asam fulvat (Gaffney, 1996).
Menurut Aiken
et al., asam humat merupakan senyawa humat yang tidak larut dalam air pada kondisi asam tetapi larut
pada kondisi pH yang tinggi. Gugus fungsional utama yang terdapat pada asam
humat adalah asam karboksilat, alkohol, fenol, karbonil, fosfat, sulfat, amida,
dan sulfida, dan semua gugus ini dapat berinteraksi dengan spesies logam
(Stevenson,1994).
Deprotonasi gugus-gugus fungsional asam humat akan
menurunkan kemampuan pembentukan ikatan hidrogen, baik antar molekul maupun
sesama molekul dan meningkatkan jumlah muatan negatif gugus fungsional asam
humat, sehingga akan meningkatkan gaya
tolak menolak antar gugus dalam molekul asam humat. Pengaruh tersebut akan
menyebabkan permukaan partikel-partikel koloid asam humat bermuatan negatif dan
menjadi lebih terbuka dengan meningkatnya pH. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan asam humat adalah pH, yang lebih lanjut akan
mempengaruhi disosiasi gugus yang bersifat asam pada asam humat. Sehingga pada
proses penyerapan logam berat ini dipengaruhi oleh pH larutan yang merupakan
salah satu faktor fisiko kimia lingkungan (Aiken, 1985).
Spark, dkk telah mengamati kelarutan asam humat yang
menunjukkan bahwa kelarutan maksimum asam humat terjadi pada pH 3 – 6, dan sisa
padatan mulai larut pada pH 8,5 yang dapat dinyatakan bahwa pada pH yang
relatif tinggi (konsentrasi H+ rendah) akan meningkatkan konsentrasi -COO- yang
dapat berfungsi sebagai ligan pada asam humat. Pembentukan kompleks dan
pengkelatan secara alami juga memegang peranan penting dalam meningkatkan
kesuburan tanah. Pengkelatan dapat meningkatkan mobilitas banyak kation dan
akibatnya juga ketersediaannya untuk tanaman. Pelepasan hara tanaman oleh
pelapukan mineral-mineral tanah biasanya merupakan suatu proses yang lambat.
Namun pembentukan kompleks cenderung mempercepat proses dekomposisi
mineral-mineral tanah dan dengan demikian mempercepat pelepasan hara-hara
terlarut. Kelompok yang paling penting dari agen pengompleks yang terjadi
secara alami adalah zat-zat humat, yaitu bahan-bahan yang tahan degradasi yang
dihasilkan selama dekomposisi dari tumbuhan yang terjadi sebagai endapan dalam
tanah, sedimen rawa, tanah humat, batu bara, atau hampir di beberapa lokasi
dimana banyak terdapat vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang telah hancur (Stevenson,1994).
Penentuan Asam Humat Dalam Tanah Humus
Asam
humat dapat diambil dengan metode ekstraksi pertama langkah yang dilakukan
yaitu tanah kering yang tercampur kompos diayak dengan ayakan 1 cm, kemudian
dilarutkan HCl 0,1 M dengan perbandingannya 10:1. Setelah itu suspensi dishaker
selama 4 jam, dipisahkan padatan dan supernatannya dengan metode sentrifugasi.
Residu tanah yang didapat dinetralkan dengan NaOH 1 M dan 0,1 M perbandingan
10:1 hingga PH=7. Kemudian suspensi yang telah diekstrak dishaker kembali
selama 10 jam dengan dialiri dengan gas N2, Supernatan
diasamkan dengan HCl 6 M hingga PH=1 dan dibiarkan selama 24 jam.
Disentrifugasi kembali hingga asam humat dapat terendapkan. Fraksi asam humat
dilarutkan kembali dengan penambahan KOH 0,1 M, padatan KCl ditambahkan untuk
mengetahui konsentrasi K+ 0,3 M, dan disentrifugasi hingga terbentuk
endapan, endapan yang didapat merupakan endapan asam humat. Kemudian hasil yang
diperoleh dianalisis dengan Spektrofotometri flourosece Valasco, 2004).
Penentuan Asam Humat
dalam tanah gambut.
Dalam larutan Isolasi adsorben asam humat dari tanah
gambut. Sampel tanah gambut yang digunakan dalam penelitian diambil dari
lapisan tanah (daerah Silaut, Sumatera Barat) paling atas yang berwarna paling
gelap yang menunjukkan kandungan senyawa organik yang tinggi. Cuplikan
dibersihkan dari pengotor yang tampak, dicuci dengan HCl encer 1M untuk
menghilangkan kapur (Ca) dan disaring untuk memisahkan pasir (Sudiono, 2004).
Asam humat dalam tanah gambut diisolasi dengan metode
Schnitzer yang sedikit dimodifikasi. Sejumlah
cuplikan tanah dikocok semalam dengan larutan NaOH 0,1M dengan perbandingan
berat antara cuplikan tanah dan larutan NaOH adalah 1:10. Esok harinya
supernatan dipisahkan dari residu tanah dengan sentrifugasi menggunakan
kekuatan 10.000 rpm selama 15 min. Supernatan dikumpulkan dan dibersihkan lagi
dengan cara centrifugasi pada 12,000 rpm selama 15 min. Supernatan yang
terkumpul mengandung asam fulvat dan asam humat, dan kedua senyawa asam ini
dipisahkan dengan mengasamkan supernatan tersebut dengan HCl 6M hingga pH 1,5.
Fraksi yang mengendap adalah asam humat, sedangkan larutan yang tertinggal
mengandung asam fulvat dan asam-asam organik lainnya (Sudiono, 2004).
Asam humat dipisahkan dari supernatan dengan cara
sentrifugasi. Pemurnian asam humat dilakukan tiga kali melalui pelarutan dalam
larutan NaOH 0,1M dan pengendapan dalam larutan HCl pH 1,5 berulang serta pencucian
dengan campuran HCl-HF encer. Selanjutnya hasil yang diperoleh dilarutkan
kembali dalam larutan NaOH dan diencerkan serta dilewatkan kolom penukar kation
Dowex 50-X8 dan kemudian dikeringkan dengan pembekuan (freeze dried) (Sudiono,
2004).
Karakterisasi
asam humat hasil isolasi
Sejumlah sample asam humat hasil isolasi dibuat
dalam bentuk pellet dengan KBr. Pelet dibuat dengan penghalusan bersama 1 mg
asam humat dengan 30 mg KBr kering dan diberi tekanan sekitar 1 menit dalam
kondisi hampa. Sampel dalam bentuk pellet kemudian dikarakterisasi dengan spectrometer
infra merah (Sudiono, 2004).

Data tersebut menunjukkan bahwa pita serapan utama
asam humat muncul pada angka gelombang 3300 cm-1 sebagai vibrasi
ulur –OH. Pita serapan pada angka gelombang 2900 cm-1 menunjukkan
vibrasi ulur –C-H alifatik, dan pita serapan pada angka gelombang di sekitar
1700 cm-1 merupakan vibrasi ulur –C=O dari –COOH. Sedangkan pita serapan yang
muncul pada angka gelombang 1610 cm-1 menunjukkan –C=C aromatik dan H
terkonjugasi dari keton. Di samping itu, -C=C aromatik ditunjukkan pula dengan
munculnya pita serapan lemah pada angka gelombang di sekitar 1500 cm-1. Selain
itu, data spektra inframerah asam humat yang diperoleh dalam penelitian ini,
juga sesuai dengan hasil karakterisasi asam humat yang telah dilakukan oleh
Steveson dan Goh yang menunjukkan bahwa
karakteristik spektra serapan inframerah asam humat ditandai dengan munculnya pita
serapan pada angka gelombang 3400, 2900, 1720, 1600, dan 1200 cm-1. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa hasil isolasi dan pemurnian yang dilakukan
dalam penelitian ini menghasilkan asam humat dengan gugus-gugus fungsional
sesuai dengan gugus-gugus fungsional asam humat hasil (Sudiono, 2004).
Berdasarkan hasil analisis spektra inframerah tersebut
dapat dinyatakan bahwa asam humat yang berasal dari Sumatera Barat tersebut
diduga didominasi oleh gugus –COOH yang ditandai dengan puncak serapan yang
sangat karakteristik pada spektra asam karboksilat yaitu munculnya puncak
serapan pada angka gelombang di sekitar 3400 cm-1 sebagai vibrasi ulur –OH dari
–COOH, dan karena puncak spektra inframerah tersebut dari asam humat yang telah
diisolasi itu muncul bersama-sama dengan harga serapan –C=O dari –COOH, maka adanya
gugus karboksilat menjadi sangat meyakinkan (Sudiono, 2004).
Daftar Pustaka
Aiken, G.R., McKnight, D.M.,
Wershaw, R.I., and MacCarthy, P., 1985, Humic
Substances in Soil, Sediment and Water : Geochemistry, Isolation, and
Characterization, John Wiley & Sons, New York.
Gaffney, J.S., Marley, N.A., and Clack, S.B., 1996, Humic
and Fulvic Acid : Isolation, Structure and Environmental Role, American Chemical Society, Washington, DC.
Manahan, S.E., (1994), Environmental Chemistry, 6th edition,
CRC Press, Inc., USA.
Senesi, N., 1992, Metal-Humic Substances Complexes in the
Environment. Moleculal and Mechanistic Aspects by Multiple Spectroscopic
Approach, In Biogeochemistry of Trace Metal (Ed. D.C. Adriano).
Sri Sudiono and Sri Juari Santosa,
2004, Determination Of Rate Constant And
Stability Of Adsorption In Competitive Adsorption Of Cr(Iii) And Cd(Ii) On
Humic Acid By Using The New Model Of Kinetic Formulation, Chemistry
Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Gadjah Mada University,
Yogyakarta, Kimindo Vol. 2 No. 2 April 2007: 85 – 92.
Stevenson, F.J., 1994, Humic
Chemistry : Genesis, Composition, Reactions, John Wiley & Sons. Inc,
New York.
Velasco, M. P, dkk, 2004, Analysis
of Humic Acid From Compost Of Urban Wastes and Soil By Fruorescence
Spektroscopy, Agriscientia Vol XX (1) : 31-38.
Artikel Terkait
Nyanyian Suara Hati
- Fun with Kimia : Antara Kripton dan Superman
- Cinta Terlarang Elektron
- Biodiesel dari Minyak Jelantah
- Bioetanol dari Jagung
- Bioetanol dari Pisang
- Bioetanol dari Singkong
- Logam Transisi
- Teori Asam Basa
- Prinsip Titrasi Asam Basa
- Gas Rumah Kaca Diubah Jadi Bahan Bakar
- Tabel Periodik Unsur Kimia
- Contoh Teknik Karakterisasi
- Gel Metasilikat
- Elemen Kimia Terbaru Diberi Nama Copernicium
- Inovasi Terbaru Menuai Hidrogen dari Air
- Pelarut yang dapat masuk dan keluar dari air
- Reaktor Hidrogen Portabel Untuk Sel Bahan Bakar
- Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?
- Teori Ikatan Kimia Sebelum Abad 20
- Teori Spektrofotometri Infra Merah
- Praktikum Kimia Analitik III "SPEKTROFOTOMETRI INFRA RED"
- AMDAL
- Reaktivitas Unsur Transisi Nikel
- Contoh Poster Dual Uses Chemical
- Terjadinya Pencemaran Udara dan Penanggulangannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar